Just another free Blogger theme

Kamis, 09 November 2017



TUGAS :KOMUNIKASI POLITIK
NAMA : ERMELINDA JIHUT
NIM     : 2016230021
PRODI : ILMU KOMUNIKASI
Teori Agenda Setting
Teori agenda setting ditemukan oleh McComb Donald L. Shaw sekitar tahun 1968. Teori ini berasumsi bahwa media mempunyai kemampuan untuk mentransfer isu untuk mempengaruhi agenda Publik. Khalayak akan menganggap suatu isu itu penting. Karena media menganggap isu itu juga penting (Griffin 20003;490). McCombs dan Shaw menerangkan lebih lanjut bahwa media massa mempunyai kemampuan untuk membuat masyarakat menilai sesuatu yang penting berdasarkan apa yang disampaikan media, dengan kata lain we judge as important what the media judge as important. Kedua ilmuwan ini juga menekankan bahwa bukan berarti mereka menuduh. Bahwa media selalu dengan sengaja mempengaruhi audience dengan informasi dan berita yang disampaikan melalui media serta memiliki tujuan tertentu.  Apa yang disampaikan media massa tentunya berpedoman pada kaidah jurnalistik yang berlaku, terlebih lagi media memiliki para wartawan yang meliput dan memberitakan informasi sesuai dengan prinsip-prinsip jurnalisme mereka. Namun pada hal ini, McCombs dan Shaw menerangkan bahwa apa yang disampaikan media dianggap sebagai sesuatu yang penting dan patut untuk dipikirkan oleh masyarakat luas.
Media bukan mempengaruhi pikiran masyarakat dengan memberitahu apa yang mereka pikirkan dan apa saja ide atau nilai yang mereka miliki, namun memberi tahu hal dan isu apa yang harus dipikirkan. Masyarakat luas cenderung menilai bahwa apa-apa yang disampaikan melalui media massa adalah hal yang memang layak untuk dijadikan isu bersama dan menjadi cakupan ranah publik. Dengan begitu, masyarakat pun menilai apa yang dianggap penting oleh media adalah hal yang penting juga dan memang harus dipikirkan atau minimal mempengaruhi persepsi mereka terhadap hal tersebut.
Meski begitu, McCombs dan Shaw tidak menutup pandangan yang menghargai dan meyakini bahwa audience juga memiliki kekuatannya sendiri, yaitu dengan hipotesis selective exposure. Hipotesis ini menjelaskan bahwa manusia cenderung hanya akan melihat dan membaca informasi serta berita yang sejalan dan tidak mengancam atau bertentangan dengan kepercayaan yang selama ini mereka miliki dan bangun. Hal ini menunjukkan kekuatan dan kebebasan manusia dalam memilih, menyortir, dan menerima pesan yang disampaikan oleh media massa.
 Kurt Lang pada 1983 juga telah melakukan pengujian yang sama, hasilnya mereka menyimpulkan bahwa pemberitaan media memang menjadi variabel penentu yang mempengaruhi apa yang dianggap penting untuk dibicarakan publik.  Hipotesis terpaan selektif yang ada menyatakan bahwa orang hanya akan memberi perhatian pada berita dan terhadap pandangan yang tidak mengancam keyakinan-keyakinannya. Setelah dua dekade berlangsung yang menyatakan rendahnya pengaruh surat kabar, majalah, radio dan televise, teori agenda setting ini telah memutus kembali pandangan terhadap pendekatan limtited effect terhadap media. Hipotesisnya memprediksikan ada hubungan sebab akibat antara isi media dan persepsi pemilih. Teori agenda setting terletak pada kemampuan menunjukkan hubungan antara agenda media dan agenda publik yang didukung oleh hipotesis penelitian McCombs dan Shaw yang dilakukan di Chapel Hill saat mereka bekerja di University of South California yang sekarang menjadi University of Texas. Penelitian  ini memberi kesempatan untuk menguji secara detil tipe penelitian kuantitatif (Griffin, 2000:361-361)
Pekerjaan pertama McCombs dan Shaw adalah melakukan pengukuran terhadap agenda media. Mereka menentukan penghuni Chapel Hill dengan berpijak pada perpaduan antara sembilan media cetak dan media penyiaran untuk berita-berita politik- dua surat kabar Raleigh, dua surat kabar Durham, Majalah Time,Newsweek, New York Times dan CBS serta NBC (Griffin, 2000;362).Mereka menetapkan posisi dan panjang berita sebagai dua kriteria utama. Untuk surat kabar, halaman depan headline,  tiga kolom pemuatan di halaman dalam dan lead editorial semua dihitung sebagai bukti terhadap fokus isu. Bagi majalah dilihat dari  cerita pembuka dalam seksi berita atau isu-isu politik apapun  yang oleh editor disajikan sebuah kolom penuh. Sedangkan televisi dilihat dari penempatan satu dari tiga pemberitaan pertama atau diskusi apapun yang terakjhir lebih dari menit. Untuk mengukur agenda publik, McCombs dan Shaw menanyakan kepada para pemilih di Chapel Hill untuk membuat garis besar yang dipertimbangkan sebagai isu-isu kunci tanpa memandang apa yang calon mungkin katakan. Peneliti kemudian memetakan jawaban-jawaban spesifik menjadi kategori besar yang sama yang digunakan untuk menganalisis media. Mereka membandingkan agregat apa yang ditentukan para pemilih dengan komposisi deskriptif isi media (Griffin,2000:363)
McCombs dan Shaw percaya bahwa fungsi hipotesis agenda setting media adalah bertanggung jawab bagi hampir korelasi sempurna yang mereka temukan antara urutan prioritas media dan publik. Agenda media---agenda pemilih. Tetapi kritik teori kultivasi mengingatkan kita bahwa korelasi bukan kausalitas. Kemungkinannya bahwa peliputan surat kabar dan televisi secara sederhana mencerminkan kepedulian publik yang sudah ada.
McCombs dan Shaw mengerti bahwa orang tidak secara otomatis menunggu untuk diprogram oleh berita-berita media. Mereka mencurigai bahwa beberapa orang mungkin lebih resisten terhadap prioritas yang dilakukan media dari orang yang lain. Itulah mengapa, mereka menyaring respon-respon dari para pemilih yang telah memiliki komitmen terhadap calon. Dalam penelitian selanjutnya, McCombs dan Shaw menggesernya ke tradisi uses and gratification untuk merujuk pada upaya mengungkapkan respon seperti apa dari orang yang tidak menerima agenda media (Griffin, 2000:365).
Mereka sekarang telah menyimpulkan bahwa orang-orang yang memiliki keinginan membiarkan media membentuk pemikiran mereka mempunyai level yang tinggi bagi kebutuhan orientasi (need for orientation).Sementara kebutuhan orientasi ini timbul dari tingginya relevansi dan tingginya ketidakpastian (Griffin, 2000:365)
Stephen W. Littlejohn dan Karen Foss(2005;280) mengutip Rogers dan Dearing mengatakan bahwa fungsi agenda setting merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian. Pertama, Agenda media itu sendiri harus disusun oleh awak media. Kedua, Agenda media dalam beberapa hal mempengaruhi atau berinteraksi dengan agnda public atau naluri publik terhadap pentingnya isu, yang nantinya mempengaruhi agenda kebijakan. Ketiga, agenda kebijakan (policy) adalah apa yang dipikirkan para pembuat kebijakan publik dan  privat penting atau pembuatan kebijkan publik yang dianggap penting oleh publik.
  
Contoh kasus:
Dalam kehidupan sehari-hari, kita dikelilingi oleh berbagai media yang menyampaikan ragam informasi dan berita yang kemudian memasuki alam pikiran kita. Disadari atau tidak, media terutama media massa mempengaruhi pola pikir dan persepsi kita dalam memandang suatu peristiwa atau isu dalam masyarakat
Orang-orang Indonesia  menunjukkan sebuah peningkatan kesadaran publik terhadap signifikansi mengenai kasus Ahok. Setengah Negara  menjadi akrab dengan nama Ahok. Ketika televisi mulai memberi peliputan terhadap“kasus Ahok”, beberapa bulan terhadap kasus tersebut, menjadikan setiap orang dewasa mengetahui tentang siapa Ahok. saya memandang bahwa kasus Ahok sebagai sebuah contoh sempurna terhadap teori agenda setting. Saya tidak terkejut bahwa kasus Ahok mendapatkan perhatian publik setelah berbulan-bulan dari dimuatnya kasus itu. saya menyakini bahwa media massa memiliki kemampuan menstransfer penonjolan isu-isu yang merupakan agenda pemberitaan kepada agenda publik. kita melihat para professional berita memberi tanda di mana mereka memfokuskan perhatian kita.
Kata kunci dari teori Agenda setting adalah “Kita menilai penting apa yang media nilai penting.”  Media lebih efektif dalam memantapkan pentingnya suatu topik tertentu. Ketika media memberi perhatian pada isu tersebut perhatian publik menjadi tumbuh dan tindakan-tindakan tertentu didasarkan pada peliputan tersebut. Seperti gelombang dukungan terahadap Ahok terus berdatangan bukan hanya di Jakarta atau disekitarnya yang sebenarnya menjadi daerah focus utama, tapi juga dari berbagai daerah di Indonesia yang diwujudkan melalui aksi seribu lilin.  bahkan sejumlah organisasi internasional ikut menyampaikan keprihatinan mendalam atas kondisi HAM di Indonesia pasca -vonis dua tahun penjara terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama  alias Ahok. Sebaliknya andaikan  jika media tidak melakukan dan meninggalkan peliputannya, orang menyimpulkan bahwa kasus tersebut telah selesai.
Dengan demikian media tidak hanya menyetting agenda bagi isu-isu apa, kejadian-kejadian atau calon-calon yang paling penting,tetapi mereka menstransfer penonjolan terhadap atribut yang spesifik yang dimiliki terhadap objek-objek potensial dari kepentingan tertentu (Griffin, 2000:366)
Karena itu, kita melihat dua level agenda setting. Level pertama, menurut McCombs adalah menstransfer penonjolan terhadap objek sikap di dalam gambaran isu media terhadap dunia atau realitas menuju pada tempat yang utama di antara gambaran di kepala kita. Level kedua agenda setting adalah transfer sejumlah atribut yang media menghubungkan dengan objek sikap terhadap karakteristik tertentu sebagai citra yang diproyeksikan di dalam benak pikiran publik.
SUMBER :
referensipintar.com/jurnal/2017/26/18/9/0/agenda-setting.html  diakses Senin 06/11/2017
httpsw://pakarkomunikasi.com/teori-agenda-setting diakses senin o6/11/2017
m.tribunnews.com diakses senin o6/11/2017



Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Pellentesque volutpat volutpat nibh nec posuere. Donec auctor arcut pretium consequat. Contact me 123@abc.com

0 komentar:

Posting Komentar