TUGAS :KOMUNIKASI
POLITIK
NAMA : ERMELINDA JIHUT
NIM :
2016230021
PRODI : ILMU KOMUNIKASI
Teori
Agenda Setting
Teori
agenda setting ditemukan oleh McComb Donald L. Shaw sekitar tahun 1968. Teori
ini berasumsi bahwa media mempunyai kemampuan untuk mentransfer isu untuk
mempengaruhi agenda Publik. Khalayak akan menganggap suatu isu itu penting.
Karena media menganggap isu itu juga penting (Griffin 20003;490). McCombs dan Shaw menerangkan lebih
lanjut bahwa media massa mempunyai kemampuan untuk membuat masyarakat menilai
sesuatu yang penting berdasarkan apa yang disampaikan media, dengan kata lain
we judge as important what the media judge as important. Kedua ilmuwan ini juga
menekankan bahwa bukan berarti mereka menuduh. Bahwa media selalu dengan sengaja
mempengaruhi audience dengan informasi dan berita yang disampaikan melalui
media serta memiliki tujuan tertentu. Apa
yang disampaikan media massa tentunya berpedoman pada kaidah jurnalistik yang
berlaku, terlebih lagi media memiliki para wartawan yang meliput dan
memberitakan informasi sesuai dengan prinsip-prinsip jurnalisme mereka. Namun
pada hal ini, McCombs dan Shaw menerangkan bahwa apa yang disampaikan media
dianggap sebagai sesuatu yang penting dan patut untuk dipikirkan oleh
masyarakat luas.
Media
bukan mempengaruhi pikiran masyarakat dengan memberitahu apa yang mereka
pikirkan dan apa saja ide atau nilai yang mereka miliki, namun memberi tahu hal
dan isu apa yang harus dipikirkan. Masyarakat luas cenderung menilai bahwa
apa-apa yang disampaikan melalui media massa adalah hal yang memang layak untuk
dijadikan isu bersama dan menjadi cakupan ranah publik. Dengan begitu,
masyarakat pun menilai apa yang dianggap penting oleh media adalah hal yang
penting juga dan memang harus dipikirkan atau minimal mempengaruhi persepsi
mereka terhadap hal tersebut.
Meski
begitu, McCombs dan Shaw tidak menutup pandangan yang menghargai dan meyakini
bahwa audience juga memiliki kekuatannya sendiri, yaitu dengan hipotesis
selective exposure. Hipotesis ini menjelaskan bahwa manusia cenderung hanya
akan melihat dan membaca informasi serta berita yang sejalan dan tidak
mengancam atau bertentangan dengan kepercayaan yang selama ini mereka miliki
dan bangun. Hal ini menunjukkan kekuatan dan kebebasan manusia dalam memilih,
menyortir, dan menerima pesan yang disampaikan oleh media massa.
Kurt Lang pada 1983 juga telah melakukan
pengujian yang sama, hasilnya mereka menyimpulkan bahwa pemberitaan media
memang menjadi variabel penentu yang mempengaruhi apa yang dianggap penting
untuk dibicarakan publik. Hipotesis
terpaan selektif yang ada menyatakan bahwa orang hanya akan memberi perhatian
pada berita dan terhadap pandangan yang tidak mengancam keyakinan-keyakinannya.
Setelah dua dekade berlangsung yang menyatakan rendahnya pengaruh surat kabar,
majalah, radio dan televise, teori agenda setting ini telah memutus kembali
pandangan terhadap pendekatan limtited effect terhadap media. Hipotesisnya
memprediksikan ada hubungan sebab akibat antara isi media dan persepsi pemilih.
Teori agenda setting terletak pada kemampuan menunjukkan hubungan antara agenda
media dan agenda publik yang didukung oleh hipotesis penelitian McCombs dan
Shaw yang dilakukan di Chapel Hill saat mereka bekerja di University of South
California yang sekarang menjadi University of Texas. Penelitian ini memberi kesempatan untuk menguji secara
detil tipe penelitian kuantitatif (Griffin, 2000:361-361)
Pekerjaan
pertama McCombs dan Shaw adalah melakukan pengukuran terhadap agenda media.
Mereka menentukan penghuni Chapel Hill dengan berpijak pada perpaduan antara
sembilan media cetak dan media penyiaran untuk berita-berita politik- dua surat
kabar Raleigh, dua surat kabar Durham, Majalah Time,Newsweek, New York Times
dan CBS serta NBC (Griffin, 2000;362).Mereka menetapkan posisi dan panjang
berita sebagai dua kriteria utama. Untuk surat kabar, halaman depan
headline, tiga kolom pemuatan di halaman
dalam dan lead editorial semua dihitung sebagai bukti terhadap fokus isu. Bagi
majalah dilihat dari cerita pembuka dalam
seksi berita atau isu-isu politik apapun
yang oleh editor disajikan sebuah kolom penuh. Sedangkan televisi
dilihat dari penempatan satu dari tiga pemberitaan pertama atau diskusi apapun
yang terakjhir lebih dari menit. Untuk mengukur agenda publik, McCombs dan Shaw
menanyakan kepada para pemilih di Chapel Hill untuk membuat garis besar yang
dipertimbangkan sebagai isu-isu kunci tanpa memandang apa yang calon mungkin
katakan. Peneliti kemudian memetakan jawaban-jawaban spesifik menjadi kategori
besar yang sama yang digunakan untuk menganalisis media. Mereka membandingkan
agregat apa yang ditentukan para pemilih dengan komposisi deskriptif isi media
(Griffin,2000:363)
McCombs
dan Shaw percaya bahwa fungsi hipotesis agenda setting media adalah bertanggung
jawab bagi hampir korelasi sempurna yang mereka temukan antara urutan prioritas
media dan publik. Agenda media---agenda pemilih. Tetapi kritik teori kultivasi
mengingatkan kita bahwa korelasi bukan kausalitas. Kemungkinannya bahwa
peliputan surat kabar dan televisi secara sederhana mencerminkan kepedulian
publik yang sudah ada.
McCombs
dan Shaw mengerti bahwa orang tidak secara otomatis menunggu untuk diprogram
oleh berita-berita media. Mereka mencurigai bahwa beberapa orang mungkin lebih
resisten terhadap prioritas yang dilakukan media dari orang yang lain. Itulah
mengapa, mereka menyaring respon-respon dari para pemilih yang telah memiliki
komitmen terhadap calon. Dalam penelitian selanjutnya, McCombs dan Shaw
menggesernya ke tradisi uses and gratification untuk merujuk pada upaya
mengungkapkan respon seperti apa dari orang yang tidak menerima agenda media
(Griffin, 2000:365).
Mereka
sekarang telah menyimpulkan bahwa orang-orang yang memiliki keinginan
membiarkan media membentuk pemikiran mereka mempunyai level yang tinggi bagi
kebutuhan orientasi (need for orientation).Sementara kebutuhan orientasi ini
timbul dari tingginya relevansi dan tingginya ketidakpastian (Griffin,
2000:365)
Stephen
W. Littlejohn dan Karen Foss(2005;280) mengutip Rogers dan Dearing mengatakan
bahwa fungsi agenda setting merupakan proses linear yang terdiri dari tiga
bagian. Pertama, Agenda media itu sendiri harus disusun oleh awak media. Kedua,
Agenda media dalam beberapa hal mempengaruhi atau berinteraksi dengan agnda
public atau naluri publik terhadap pentingnya isu, yang nantinya mempengaruhi
agenda kebijakan. Ketiga, agenda kebijakan (policy) adalah apa yang dipikirkan
para pembuat kebijakan publik dan privat
penting atau pembuatan kebijkan publik yang dianggap penting oleh publik.
Contoh
kasus:
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita dikelilingi oleh berbagai media yang menyampaikan
ragam informasi dan berita yang kemudian memasuki alam pikiran kita. Disadari
atau tidak, media terutama media massa mempengaruhi pola pikir dan persepsi
kita dalam memandang suatu peristiwa atau isu dalam masyarakat
Orang-orang
Indonesia menunjukkan sebuah peningkatan
kesadaran publik terhadap signifikansi mengenai kasus Ahok. Setengah Negara menjadi akrab dengan nama Ahok. Ketika
televisi mulai memberi peliputan terhadap“kasus Ahok”, beberapa bulan terhadap kasus
tersebut, menjadikan setiap orang dewasa mengetahui tentang siapa Ahok. saya memandang
bahwa kasus Ahok sebagai sebuah contoh sempurna terhadap teori agenda setting. Saya
tidak terkejut bahwa kasus Ahok mendapatkan perhatian publik setelah
berbulan-bulan dari dimuatnya kasus itu. saya menyakini bahwa media massa
memiliki kemampuan menstransfer penonjolan isu-isu yang merupakan agenda
pemberitaan kepada agenda publik. kita melihat para professional berita memberi
tanda di mana mereka memfokuskan perhatian kita.
Kata
kunci dari teori Agenda setting adalah “Kita menilai penting apa yang media
nilai penting.” Media lebih efektif
dalam memantapkan pentingnya suatu topik tertentu. Ketika media memberi perhatian
pada isu tersebut perhatian publik menjadi tumbuh dan tindakan-tindakan tertentu
didasarkan pada peliputan tersebut. Seperti gelombang dukungan terahadap Ahok
terus berdatangan bukan hanya di Jakarta atau disekitarnya yang sebenarnya menjadi
daerah focus utama, tapi juga dari berbagai daerah di Indonesia yang diwujudkan
melalui aksi seribu lilin. bahkan
sejumlah organisasi internasional ikut menyampaikan keprihatinan mendalam atas
kondisi HAM di Indonesia pasca -vonis dua tahun penjara terhadap Gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias
Ahok. Sebaliknya andaikan jika media
tidak melakukan dan meninggalkan peliputannya, orang menyimpulkan bahwa kasus
tersebut telah selesai.
Dengan
demikian media tidak hanya menyetting agenda bagi isu-isu apa, kejadian-kejadian
atau calon-calon yang paling penting,tetapi mereka menstransfer penonjolan
terhadap atribut yang spesifik yang dimiliki terhadap objek-objek potensial
dari kepentingan tertentu (Griffin, 2000:366)
Karena
itu, kita melihat dua level agenda setting. Level pertama, menurut McCombs
adalah menstransfer penonjolan terhadap objek sikap di dalam gambaran isu media
terhadap dunia atau realitas menuju pada tempat yang utama di antara gambaran
di kepala kita. Level kedua agenda setting adalah transfer sejumlah atribut
yang media menghubungkan dengan objek sikap terhadap karakteristik tertentu
sebagai citra yang diproyeksikan di dalam benak pikiran publik.
SUMBER
:
referensipintar.com/jurnal/2017/26/18/9/0/agenda-setting.html
diakses Senin 06/11/2017
httpsw://pakarkomunikasi.com/teori-agenda-setting
diakses senin o6/11/2017
m.tribunnews.com
diakses senin o6/11/2017
0 komentar:
Posting Komentar